Sabtu, 03 Desember 2011

WAKTU YANG TEPAT ADALAH SEGALANYA

WAKTU YANG TEPAT ADALAH SEGALANYA
Para pemimpin besar menyadari bahwa kapan harus memimpin adalah sama pentingnya dengan apa yang harus diperbuat dan harus menuju ke mana. Setiap kali seorang pemimpin membuat suatu gerakan, hanya ada empat kemungkinan:
  1. TINDAKAN KELIRU DI SAAT YANG KELIRU HANYA AKAN MEMBAWA KEPADA BENCANA
    Seorang pemimpin yang melakukan tindakan keliru disaat yang keliru pasti akan menderita gema yang negatif. Ketika pasukan Amerika Serikat berupaya menyelamatkan para sandera yang ditawan Iran dalam pemerintahan Carter, itu adalah contoh tindakan yang keliru disaat yang keliru. Sebelum keputusan untuk mengadakan upaya penyelamatan tersebut, Sekretaris negara Cyrus Vance telah mendebat bahwa rencananya lemah. Ia percaya bahwa akan terjadi sesuatu yang tidak beres. Sayangnya, ia benar. Beberapa helikopter mengalami mesalah mekanis, sebuah diantaranya lenyap dalam badai pasir, dan satu lagi menabrak sebuah pesawat angkutan, mengakibatkan tewasnya delapan orang. Peter Bourne menggambarkannya sebagai "kombinasi antara kemalangan dengan ketidakmampuan militer". Itu hanya dapat digambarkan sebagai bencana. Itu adalah contoh tidak tepatnya waktunya, dan seperti hal-hal lainnya, bencana itu menandakan lenyapnya kesempatan Carter untuk terpilihnya kembali.
  2. TINDAKAN BENAR DI SAAT YANG KELIRU HANYA AKAN DITENTANG
    Mengetahui apa yang perlu dilakukan adalah satu hal; memahami kapan itu harus dilakukan adalah hal lain lagi. Saya teringat akan sebuah contoh dari waktu yang tidak tepat ini dari pengalaman saya sendiri sebagai pemimpin. Di awal tahun 1980-an, saya berusaha mencoba program kelompok kecil di Skyline, gereja saya di San Diego. Program itu tepat, namun gagal. Mengapa? Waktunya tidak tepat. Kami tidak sadar bahwa kami belum memiliki pemimpin cukup banyak untuk mendukung peluncuran program tersebut. Namun enam tahun kemudian, ketika kami mencobanya lagi, program ini sangat sukses. Semuanya adalah soal waktu.
  3. TINDAKAN KELIRU DISAAT YANG TEPAT ADALAH KELIRU
    Selama kira-kira satu decade, banyak rekan saya berusaha membujuk saya untuk meluncurkan program radio. Sudah lama saya menolak gagasan ini. Namun dua tahun yang lalu, saya sadar bahwa waktunya tepat. Maka kami pun menciptakan sebuah program yang berjudul Growing Today. Namun, ada satu masalah: formatnya. Saya ingin menyerahkan bahannya kepada orang lain untuk membantu mereka, namun saya bertekad untuk tidak menerima sumbangan dari publik. Solusinya, saya pikir, adalah mengudarakan program yang berorientasi pada pertumbuhan dan mengandalkan penjualan produk untuk mendukungnya. Ternyata keliru. Program seperti itu tak dapat menghasilkan pendapatan impas. Radionya benar, namun jenis programnya keliru. Hukum Waktu yang Tepat kembali berbicara.
  4. TINDAKAN YANG TEPAT DI SAAT YANG TEPAT MENDATANGKAN SUKSES

WAKTUNYA TEPAT BAGI ORANG LUAR

Jika Anda paham Hukum Waktu yang Tepat, Anda pasti mengerti mengapa Jimmy Carter terpilih menjadi presiden Amerika Serikat pada tahun 1976. sesungguhnya, kehidupan serta karir Carter dicirikan oleh gerakan-gerakan yang tepat waktunya. Sebagai lulusan Anapolis, Carter tadinya ingin berkarir di Angkatan Laut Amerika Serikat, namun ketika ayahnya tiba-tiba meninggal pada tahun 1953, ia kembali ke Plains, Georgia, untuk mengambil alih bisnis keluarganya. Dalam beberapa tahun saja, ia menjadi usahawan yang kuat, yang disegani, serta pemimpin di komunitasnya.
Pada tahun 1962, zaman berubah. Mesin politik yang lama di Georgia dengan metode-metodenya yang korup dalam memilih pejabat mulai hancur, dan Carter memutuskan untuk mencalonkan diri menjadi senat Georgia. Carter sadar bahwa untuk pertama kalinya dalam sejarah, seseorang yang bukan bagian dari sistem yang lama memiliki kesempatan untuk mencalonkan diri. Namun ia menghadapi perlawan yang hebat. Bos-bos politik lama masih berjuang keras untuk mempertahankan kendalinya. Seorang pemimpin yang korup secara terang-terangan mengintimidasi para pemberi suara di wilayahnya dan mengatur hasil pemungutan suaranya. Akibatnya, Carter kalah. Namun ia tidak mau menyerah tanpa melawan. Ia naik banding menuntut proses pemungutan suaranya ditinjau kembali. Ketika hasil-hasilnya terbalik, Carter akhirnya menang. Lalu pada tahun 1970, ia sukses mencalonkan diri menjadi gubernur. Sekali lagi, ia sadar bahwa waktunya tepat untuk seorang yang relatif pendatang baru untuk menantang mesin politik yang sudah mapan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar